Tulisan yang ingin anda tampilkan

Kamis, 29 September 2011

Fakta-Fakta Lapangan Aliran Kepercayaan

 1. Islam Sejati
Terdapat di Desa Jatiseeng Kidul Kecamatan Ciledug, dipimpin oleh Bapak Sanjaya, dia telah meninggal sekira tahun 2008, pengikutnya hanya satu keluarga. Pokok ajaran lebih kepada berbuat baik terhadap sesama, tidak mengajarkan pokok-pokok ibadah seperti dalam Islam, tidak melarang atau menganjurkan orang untuk beribadah.

Aliran ini diketahui tidak berkembang, walau demikian bukan berarti yang sepaham dengan ajaran ini tidak ada. Banyak pihak yang setuju dengan paham aliran ini secara individu. Kemungkinan besar aliran kepercayaan seperti ini merupakan pengembangan dari aliran lain yang lebih dulu ada di daerah Jawa khususnya Cirebon.

2. Gagak Hitam
Gagak hitam muncul pada tahun 2007 di Ciledug Wetan, Tenjomaya dan beberapa desa lainnya di Kecamatan Ciledug. Pemimpin dan pengikutnya belum diketahui hingga sekarang. Mereka diketahui sebagai kumpulan orang-orang yang cenderung kepada hal-hal mistik atau perdukunan, dan sifatnya sangat rahasia sehingga sulit dideteksi keberadaannya.

Beberapa kali mereka muncul saat akan melakukan ritual penngobatan terhadap orang yang kesurupan. Sebagaimana layaknya dukun, mereka tidak menjalankan ajaran agama  bahkan tidak menyukai agama.

3. Gagak Emas
Muncul di Gebang Mekar tahun 2009, pemimpin dan pengikut belum diketahui. Hal yang diketahui oleh masyarakat aliran ini tidak mengajarkan sebagaimana ajaran Islam, lebih mirip ajaran filsafat Jawa. Sekalipun penganjurnya sudah tidak ada di Gebang Mekar lagi, bukan berarti paham ini mati.


4. Gagak Lumayung
Aliran ini muncul di desa Cisaat Kecamatan Waled sekira tahun 2007. Pemimpinnya bernama Sudarno dengan pengikut sekitar 10 orang, dan sudah dibubarkan oleh aparat dan masyarakat. Ajaran tidak sama dengan ajaran Islam, lebih mementingkan soal-soal yang tidak lebih sepert filsafat orang Jawa. Kemungkinan ada hubungannya antara Gagak Hitam, Gagak Emas dan Gagak Lumayung bisa saja terjadi.


5. Ajaran Muhadi-Apla-Ahim
Aliran ini hingga kini tidak jelas namanya, oleh karena dikembangkan oleh Muhadi (dari desa Tenjomaya), Apla Maula dan Ahim (dari Damar Guna) Kecamatan Ciledug, kita namakan saja ajaran Muhadi Apla Ahim. Walaupun dalam pergaulan tidak ada kesan eksklusif, tapi dalam masalah peribadatan mereka memisahkan diri dari masyarakat Islam lainnya. Cara berpakaian sama layaknya santri di Jawa.

Kemungkinan ajaran ini berpusat di Bekasi, karena diantara mereka selalu ada yang pulang dan pergi ke Bekasi dengan alasan bertemu dengan guru dan berkumpul dengan komunitasnya. Dua daiantara mereka yang sering pergi ke Bekasi adalah Muhadi dan Sayad, keduanya dari Desa Tenjo Maya.

Sekarang tidak terlihat ada aktivitas yang mencolok, tapi beberapa diantara mereka masih tetap menjalankan ajarannya dan kerap pergi ke Bekasi.

6. Aliran Eyang Sukma
Muncul di Karang Tengah Kecamatan Karang Sembung pada maret 2010. diperkenalkan oleh Eyang Sukma, murid terkenalnya bernama Elma dan istrinya yang bernama Rohilah. Ajarannya diantaranya sholat tidak menghadap qiblat atau berubah-ubah arah. Pengikutnya mencapai 20 orang. Pernah juga muncul di Pengarengan (Pangenan)

Berdasarkan informasi dari warga yang pernah berinteraksi dengan pengikutnya, ajaran aliran ini didasarkan pada ajaran kuno Keraton Kasepuhan dan Majapahit. Eyang Sukma sudah diusir oleh warga, persoalannya ajaran ini tidak mati begitu saja.

7. Aliran Sin Lam Ba
Sin Lam Ba, adalah tiga dari huruf Arab. Belum diketahui siapa yang menyebarkan ajaran ini. Yang diketahui ajaran ini pernah muncul di Kali Meang (Karang Sembung) dan berasal dari Ender (Pangenan). Sin Lam Ba disebutkan sebagai singkatan dari Sin untuk Silaturrahmi, Lam untuk Lahir dan Ba untuk Bathin.

Kemungkinan besar ajarannya sama dengan umumnya ajaran Kejawen, yang hanya mengajarakan persoalan moral atau etika saja, dan tidak mementingkan ibadah, bahkan tidak penting tuhan itu ada atau tidak.

8. Aliran Keagungan Ilahi
Pernah dikembangkan oleh Edi Wahid tahun 2005 di Kecamatan Karang Sembung, dengan murid utamanya edi dan Hasan. Ajarannya lebih mementingkan moral atau etika pada sesama. Sedangkan dari segi aqidah hanya menekankan soal etika Ketuhanan, dari segi syari’ah tidak begitu jelas, seperti halnya ajaran Islam.

9. Aliran Sa’i – Saidi
Muncul di Blok Mundu Mesigit Desa Mundu Mesigit (Mundu). Muncul tahun 2007, dikembangkan oleh seorang lelaki bernama Sa’i, yang didukung oleh kakaknya bernama Saidi seorang guru agama di sebuah SD di desa Penpen. Pengikutnya juga ada dari desa Suci. Semuanya ada sekitar 20 orang pengikut.

Pokok-pokok ajarannya diantaranya: Sholat cukup dengan niat, tidak perlu mengeluarkan zakat, Nabi Muhammad jadi Nabi atas keinginan sendiri, Al Qur’an karangan Nabi Muhammad sendiri atau bukan Wahyu. Kalau kumpul-kumpul biasanya sekalian makan-makan. Para pengikut diwajibkan ada setoran dana pada pemimpinnya.

Sa’i selalu mendakwakan diri sebagai murid dari Habib Luthfi asal Pekalongan.

10. Walimatullah Kutub Robani
Keterangan tentang aliran ini berdasaran data tahun 2005, yang ditulis oleh penulis pada 2006. Di Desa Panambangan Kecamatan Sedong, muncul aliran aneh pimpinan eyang atau Kakek Djakaria, yang mendirikan padepokan Walimatullah Kutub Robani (WKR). Sikakek ini mengaku telah berumur 300 tahun. Lambang perkumpulan WKR ini adalah burung garuda seperti lambang negara, bedanya adalah, muka siburung menghadap ke depan, dan tulisan pada pita yang dicengkeram dengan kukunyapun sedikit berbeda, bunyinya Boenika Toenggal Ika.Sementara didinding lain terpampang gambar Presiden pertama RI Ir. Soekarno, dengan latar belakang Banteng dan beberapa bendera merah putih. Dibagian lain ada gambar naga, juga gambar sejoli kakek tua berjanggut dan berambut panjang didampingi seorang wanita.

Sikakek berambut panjang hingga kepinggang ini, menurut penduduk setempat asalnya dari Subang, sebelumnya bermukim di Desa Gereged Kecamatan Beber. Karena diusir diapun pindah ke Desa Panambangan. Sejak  tahun 2003 dia membangun Padepokan WKR. Pengikut cukup banyak, berasal dari berbagai daerah di Pulau Jawa, tapi menurut Sekretaris Desa Dadang Sunandar, tidak ada satupun warga Desanya yang jadi pengikut WKR.

Sikakek yang mengaku pengasuh Soekarno sejak mereka kecil, menerima murid dari berbagai pemeluk agama. Ajarannya ia anggap universal, karena semua pemeluk agama boleh masuk. Yang jelas si kakek ini anti ajaran agama Islam. Ia tak mengajarkan sholat bahkan menentangnya. Penduduk sekitar hampir tak pernah melihatnya karena ia jarang sekali keluar dari padepokannya. Penduduk menyebutnya “Kahieuman bangkong”. Artinya Dierami Kodok, lalu bagaimana ia dikenal orang-orang dari berbagai daerah. Bahkan ada juga yang datang memakai mobil dinas (plat merah) dan dikawal empat orang polisi.

Desa Panambangan yang cukup terpencil, ideal untuk menebarkan racun berbahaya pada aspek-aspek aqidah atau ideologi, yang berkaitan langsung dengan aspek moral atau Akhlaq, imbasnya adalah terhadap ketahanan bangsa. Inilah salah satu yang harus ditangani oleh para pembina desa itu. Pembentukan dan pemunculan berbagai aliran sesat di Indonesia sebagian besar dilakukan oleh kekuatan eksternal pada konsepsi perang Moderen (Lihat Serangan Melalui Jalur Theosofi dan Kebatinan), selebihnya dilakukan sendirian oleh orang Indonesia, tapi tetap dalam koridor pemantauan pihak-pihak eksternal itu. Oleh karena itu perlu bagi TNI melakukan berbagai peningkatan kemampuan dan pengkajian terhadap Binsat, Binter dan Bintahwil. Sehubungan dengan peningkatan kualitas dan kompleksitas serangan yang dibangun oleh lawan.

Mengenai pendiri WKR, baik dari yang bersangkutan maupun dari pengikutnya, diperoleh data ada dua nama dan dua foto, namun disebutkan itu adalah satu orang. Pemimpin WKR adalah Pendiri Pemerintahan Republik dengan nama Djakaria bergelar Mr. Wongso Negoro III Gusti Achmad Semaun, pendiri pertapaan Macan Putih Indonesia, Padepokan Gunung Lawu, diketahui : MPR/DPR RI dan Mahkamah Internasional melalui Dewan Keamanan PBB. Alamat asal Kampung Kiara Pondoh Rt/Rw : 07/03 Kelurahan Ganda Soli Kecamatan Tanjung Siang Kabupaten Subang. Pada sisi ini ada kesamaan yang serius antara WKR dengan Negara Sunda Nusantara baik yang ada di Banten Bogor dan Majalengka terlalu bodoh untuk mengatakan bahwa itu suatu kebetulan.

Sedangkan berdasarkan data yang juga  dipegang pengikutnya, nama pemimpin WKR adalah Djakaria Bin Sachmat, Blok Cikawung Rt/Rw: 04/03 Panambangan, Sedong Kabupaten Cirebon, dan masuk ke Sedong tahun 2001. Menurut Sekdes Panambangan mereka masuk tahun 2003, dan menurut pengikutnya, yang juga otak gerakannya yaitu Mulyono, asal desa Manis Kidul Kecamatan Jalaksana Kabupaten Kuningan, mereka masuk ke sana tahun 2005 , Mulyono adalah wartawan yang tergabung dalam HIPSI tapi tak punya Media, dan selalu mengaku dari Surat Kabar Cakrawala Jakarta.(kelak melalui Mulyono, wartawan Cakrawala dari Kuningan Suherman MD, memuat WKR dikoran tersebut tanggal 20 Maret 2006).

Djakaria kedua ini masuk ke desa Panambangan dan mendapatkan KTP secara Naturalisasi tahun 2003, dengan nama Darsa, diketahui kemudian nama Darsa adalah anaknya dari istri terdahulunya , selain istri dari desa Gereged Beber. Juga terungkap setelah diusir dari Gereged (Beber) dia masuk ke Desa Ciawi Gajah lebih dulu, dan mendapatkan hal yang sama seperti di Gereged, dia diusir. Dengan bekal pengalaman yang tidak enak itu, maka saat masuk ke desa Panambangan dia mengubah Strategis, dengan cara pendekatan menyawer pemuda setempat dan melobi aparat desa supaya keberadaannya mendapat jaminan keamanan. Terbukti kemudian, walau mereka sudah lama disana tak dipersoalkan siapapun, hal ini juga tidak terlepas dari peranan aktor intelektualnya yang punya cukup pengaruh yakni Ahmad Efendi, dia disebutkan adalah Kepala Seksi Lalu Lintas Dinas Perhubungan Kabupaten Kuningan, tapi Mulyono mengatakan dia adalah orang penting di Disnakertrans Kabupaten  Kuningan.

Dalam komunikasi dengan surat, WKR menggunakan kop: Padepokan Walimatulloh Kutub Robani Tjirebon-Djawa Barat. Dengan lambang Bola Dunia disangga dengan dua telapak tangan, di tengah Bola Dunia itu terdapat lambang tiga segi tiga Zion bertumpuk.Tapi lambang yang tertera pada setempel adalah Burung Garuda seperti lambang negara dengan muka lurus kedepan. Dan ditanda tangani oleh nama S.Djakaria Semaun Kertanegara. Berdasarkan asal Djakaria, intelijen mengungkapkan daerahnya adalah basis Komunis. Ini adalah satu bentuk metamorfose Komunis melalui jalur gerakan kebatinan atau teosofi, berdasarkan dua lambang perpaduan tesa dan sintesa, gerakan itu punya hubungan dengan Zionisme.

Informasi terakhir tahun 2009 menyebutkan, Eyang Djakaria lari ke Ciamis, setelah pada tahun 2006 keberadaannya merasa terganggu di Panambangan, Sedong. Di tempat barunya ini dia juga berusaha menyebarkan keyakinannya.


11. Surga Eden
Dalam investigasi yang dilakukan (20/01/10) terhadap mantan pengikut aliran Surga Adn yang dipimpin Ahmad Tantowi, tidak hanya memurtadkan Ummat Islam dan kemusyrikan, dengan pengakuan bahwa Tantowi adalah tuhan, tapi juga mendapatkan fakta mencengangkan yaitu pencabulan dan pemerkosaan serta perbudakan terhadap wanita pengikutnya.

Investigasi ini dilakukan terpaksa memasuki Kota Cirebon, karena para pengikut Tantowi lebih banyak dari Kota Cirebon, disamping memang Tantowi tidak mau mendapatkan pengikut dari penduduk dimana dia tinggal. Ahmad Tantowi memiliki empat markas yang disebut Bait, yaitu Kampung Lapang Bola RT 05/03 dan Kampung Ledeng keduanya di Desa Pamengkang Kecamatan Mundu. Bait Sirotol Mustaqim Kampung Palinggihan Rt 01/05 Kelurahan Argasunya Kota Cirebon, dan Rumah Madya BTN Villa Intan M1 RT 22/06 Desa Klayan Kecamatan Gunung Jati Kabupaten Cirebon.

pemimpin aliran sesat Surga Adn

Ahmad Tantowi dan pengikutnya digerebek Polda Jabar Kamis pagi sekira pukul 05.30 (14/01/10) di rumah Kampung Lapang Bola Pamengkang, dan dibawa ke Mapolda Jabar di Bandung. Turunnya Polda Jabar menurut informasi yang layak dipercaya, karena Polres Cirebon dan lebih khusus lagi Polsek Mundu, selalu tidak menanggapi berbagai laporan tentang aliran sesat surga Adn pimpinan Tantowi ini. Padahal pengaduan tentang aliran sesat itu sudah muncul setidaknya tanggal 31 Oktober 2009.


Berdasarkan pengakuan dari salahseorang pengikut wanitanya N (26) yang masuk pada 16 agustus 2007 dan keluar pada Agustus 20008, pada awal perekrutan, tidak tampak kejanggalan pada ajarannya, seperti harus rajin ibadah dan lain-lain, ditambah lagi pribadi Tantowi yang sangat ramah dan menarik. Ternyata hal itu dilakukan jika berada di luar bait. Tapi jika sudah berada di dalam Bait hal itu berbeda. Ibadah dengan cara Islam tidak diperbolehkan, yang ada hanyalah selalu membakar dupa. Tantowi menegaskan bahwa dirinya sebagai Said Al Fikri, yang merupakan penjelmaan Tuhan Allah di bumi. Kalau berceramah yang dibahas adalah Injil.

Selain itu Al Alqur’an tidak boleh diterjemahkan, dan hanya dia yang boleh melakukan sesukanya, jika ada kata Allah dalam Alqur’an, maka itu adalah dirinya. Para pengikutnya juga harus dari luar daerah tempatan, orang lokal tidak boleh ikut. Tantowi menjamin para pengikutnya pasti masuk surga. Tidak mengakui kedaulatan NKRI, karena mereka hanya mengakui kemerdekaannya pada 9 Agustus 1949 yaitu Kemerdekaan NII. Tidak membolehkakn Sholat lima waktu, berpuasa dan ke Masjid. Tapi jika diluar harus terlihat taat menjalankan agama seperti sholat lima waktu itu, sebagai kamuflase. Apa yang dilakukan Tantowi adalah untuk menegakkan  NII tanggal 11-11- 2011.

Para perempuan dipekerjakan dengan paksa untuk membangun rumah atau bait yang akan menjadi tempat tinggal mereka, seperti mengaduk material dan memecahkan batu. Di empat rumah tersebut ada kamar khusus untuk perempuan, masuk ke kamar tersebut harus telanjang bulat dan dizinahi oleh Ahmad Tantowi. “ Saya juga pernah “ Ungkap N, dan itu sangat disesalinya. Para perempuan harus berjaga-jaga dalam keadaan telanjang bulat jika Tantowi tidur, supaya tidak ada nyamuk yang menggigitnya. Makin sering disetubuhi Tantowi maka makin bersih dari dosa. Jika ada tamu para perempuan itu disembunyikan, hukumannya berat jika menampakkan diri.

Tantowi juga mengharuskan adanya Infak, Shodaqoh dan Dam, bagi semua pengikutnya. Shodaqoh nilainya 10 % dari pendapatan, sedangkan infak harus lebih tinggi dari shodaqoh. Adapun Dam (denda) terserah pengikutnya. Dam dikenakan misalnya, jika si perempuan (yang belum kawin) dicium oleh pacarnya, maka itu pelanggaran dan harus bayar dam. Tantowi membolehkan bagi laki-laki memiliki pacar atau istri lebih dari satu asalkan lebih dulu diserahkan pada Tantowi untuk dizinahi sebagai pencucian dosa. Para pengikut laki-laki harus rela istrinya digauli Tantowi, sehingga menurut N ada istri-istri pengikutnya yang memiliki anak dari Tantowi, tapi harus diakui sebagai anak sendiri oleh suaminya. Sedangkan para gadis diberi ramuan supaya tidak hamil seperti dirinya.

Untuk para pengikut laki-lakinya, semakin banyak menyerahkan infak, shodaqoh maka makin bersih dari dosa. Uang untuk infak dan shodaqoh atau dam ini boleh dari mana saja, seperti merampok, mencuri atau mencopet, atau korupsi, terserah yang penting bayar. Para perempuan juga dibebani kewajiban seperti laki-laki, “Itulah beratnya, perempuan selain meladeni nafsu Tantowi juga dibebani kewajiban seperti laki-laki” kata N. Dia sendiri menghabiskan sekira 300 ribu rupiah/bulan untuk itu. Semua orang baik laki-laki maupun perempuan tidak boleh membocorkan rahasia ajaran Ahmad Tantowi kepada pihak luar.

Setelah banyak tamu dari aparat kepolisian dan TNI, dan tamu-tamu lain, dimana Ahmad Tantowi harus menjamu dan membekali mereka uang, Ahmad Tantowi mengubah kebijakan Infak Shodaqoh dan Dam, yang mulanya sedikit menjadi banyak dan sangat dipaksakan, dan istilahnya diubah, Infak menjadi BU I, Shodaqoh menjadi BU II dan Dam menjadi BU III (BU=Bayar Utang). Karena hal itu dianggap utang jadi harus dipaksa bayar.

Metoda perekrutan bermacam-macam, perekrutan sekeluarga (Bapak-ibu-anak) disebut perekrutan Ibrahim, perekrutan untuk wanita disebut perekrutan An Nisa, dan wanita yang direkrut itu diistilahkan dengan “akan dijadikan Maryam”. Jika punya anak, maka anaknya seperti Nabi Isa atau Yesus, yakni anak tuhan. Tidak diketahui istilah untuk perekrutan laki-laki.

Menurut pengakuan mantan pengikut wanita lainnya EP, Setiap rumah atau bait ada penanggungjawabnya masing-masing, untuk bait di Kampung Lapang Bola Desa Pamengkang, yaitu Ahmad Tantowi sendiri, Endang Nur istrinya asal Grenjeng Harjamukti, Nur, Tuti dan Ayu ketiganya asal Cangkring, Kejaksan, Ros, Majasem Kramat Mulya, Agus Septianus anak Tantowi (25), semuanya dari Kota Cirebon. Ada juga Nelly (16) masih pelajar dan Asih dari Klayan Kabupaten Cirebon. Rumah di Kampung Ledeng Pamengkang dijaga oleh Mahmud bapaknya Nelly dan Halimah istrinya dari Kali Koa Kedawung Kabupaten Cirebon. Penjaga bait Sirotol Mustaqim Palinggihan Argasunya adalah Karisah (49) dan Rio (37). Terakhir penjaga bait di Villa Intan adalah Iman Jumadi alias Jibril, Anita Milawati istrinya dan dua anaknya, Iman adalah karyawan Toko 7 Jalan Winaon nomor 7.

Para perekrut diantaranya Hendi (Karyawan PDAM Kota Cirebon) asal perumahan Kalijaga Permai Barat Harja Mukti Kota Cirebon, yang merupakan ideolog, pemberi materi ketatanegaraan NII. Iyus, pensiunan PDAM dari jalan Guntur,l Kelurahan Kecapi Harjamukti. Sopyan alias Opang dari Kampung Banjar Melati Kelurahan Kasepuhan Kecamatan Lemahwungkuk. Rio, pekerja swasta dari jalan Indrakila, Keluarahan/Kecamatan Kesambi. Iman Jumadi alias Jibril dan istrinya Anita Milawati perekrut untuk pemula sebelum dipertemukan dengan Ahmad Tantowi. Lukman alias Otong lulusan STM atau SMK Negeri I Kota Cirebon tahun 2002 dari jalan Pembangunan Barat. Cucun Supriyatna dari jalan Pembangunan VI blok H, dan Yunus karyawan percetakan jalan Karang Anyar dekat Hotel Intan.

Mantan para pengikut yang sadar antara lain, Risna dari Kali Tanjung, Hari dari Parujakan, Kelurahan Pekalangan Kecamatan Pekalipan, Agus Cupy, dari Jalan Harapan Kesambi, Odoy dari jalan Pembangunan Barat, Reno dari Majalengka, Yudi dari Kampung Kemakmuran, Pegambiran Kecamatan Lemah Wuunghkuk, Muryanto (Alm) dari Kampung Persil, Karyamulya, Kesambi dan Ali pekerja rongsok botol dari Arya Kemuning Kelurahan Pekiringan, Kesambi.

Persoalan Aliran Sesat Surga Adn ini sebenarnya telah tercium oleh beberapa ormas Islam sekira akhir Oktober 2009. Dan pada saat itu juga sudah banyak aparat Negara yang mengetahuinya. Tapi sebagaimana keterangan N dan keterangan salahseorang pejabat berwenang, keberadaan Ahmad Tantowi hanya dijadikan ATM bagi mereka, hingga akhirnya ditangkap oleh Polda Jabar, kamis pagi 14 januari 2010. Apalagi jika merujuk pada Lukman, yang melakukan perekrutan sejak 2002, tidak mustahil Tantowi sudah eksis sebelum itu. Artinya sudah lama Tantowi mengajarkan kesesatannya, jadi wajar juga jika hal itu sudah lama diketahui aparat.

Pada penggrebekan kamis pagi yang dipimpin salahsatu Kanit Reskrim Polda Jabar, Kompol Fatimah, didapat barang bukti antara lain emas batangan palsu, senjata keris kuno, logistic tempat pemujaan, aksesoris ritual dan pelumas hubungan seks.

Kuwu Pamengkang, Rudi Hartono yang diwawancarai jum’at (15/01) membela mati-matian Ahmad Tantowi. Dia menyebutkan bahwa Andi dari Krian Pegambiran, yang melaporkan hal itu ke pihak luar motifnya adalah dendam, karena permintaan uang terhadap Tantowi sebesar Rp 35 juta tidak dipenuhi. Menurut Kuwu Andi adalah mantan pekerja Tantowi yang keluar sekitar oktober 2009. Kuwu minta Tantowi agar lapor polisi, Andi malah menaikkan pemerasannya terhadap Tantowi hingga 60 juta. Kuwu mengatakan Ahmad Tantowi itu orang Islam dan sangat baik, sering memberi sumbangan atas kegiatan-kegiatan desa.

Asih, pengikut paling dekat Tantowi

Tapi informasi dari aparat berwenang, justru si Kuwu itulah yang selalu melindungi Tantowi karena dibayar. Dan dia mengetahui bahwa Tantowi itu memberikan pengajaran yang tidak benar. Andi, menurut salahseorang aparat berwenang yang tidak bersedia disebut namanya, merupakan saksi kunci dan mantan pengikut Aliran Sesat Surga Adn. Dia mulai goyah setelah mengetahui pacarnya selalu dizinahi oleh Ahmad Tantowi. Andi ikut Ajaran sesat ini sejak tahun 2002 atas ajakan Lukman, yang sama-sama lulusan SMK Negeri I Kota Cirebon.


12. Hidup Dibalik Hidup
Aliran HDH didirikan oleh Muhammad Kusnan alias Muhammad Kusnandar alias Ugi, yang lahir tahun 1926 di Cirebon. Ia mengaku telah melakukan Isra Mi’raj yang didahului berbagai proses, persis seperti Nabi Muhammad SAW. Pada tahun 1970 ia mendirikan pengajian, yang kemudian menjadikan dirinya tokoh panutan dalam komunitasnya.  Ajarannya menyebar ke Bekasi, Semarang, Tasikmalaya dan lain-lain.

Ugi juga memiliki berbagai kemampuan ghaib lainnya, termasuk mampu melihat ruh. Setiap saat selalu berbicara dengan malaikat, terutama dengan Jibril, dengannya Ugi bahkan bertamasya ke alam barzakh, diperkenalkan kepada Nabi-Nabi terdahulu. Mu’jizat Ugi adalah kitab suci Al Qur’an, dan segala do’anya pasti terkabul. Berkomunikasi dengan Jin bahkan sering melempari atau menghukum Jin yang usil.  Dan banyak manusia yang masuk alam jin sesudah mati bukan ke alam barzakh. Ugi juga membantah Nabi Muhammad pernah ke Sidratul Muntaha.

Penerus Muhammad Kusnan alias Ugi adalah muridnya yang terpercaya yaitu Muhammad Ali alias Mudjoni.  Tokoh lainnya seperti Rokhasan (Pendiri HDH di Cirebon), Azhari Aziz Samudra, Purwi Heri Widodo, Setia Budi, Siswayudi Azhari, Widotono, Hendi Indriadi Sandiana, dan Erga D Suhaedi.
Ajaran HDH ini kemudian dikembangkan di Kabupaten Cirebon. Pada 2007 MUI Kabupaten Cirebon  dan berbagai pihak berwenang melarang keberadaan HDH ini, yang saat itu berkembang di Desa Sigong Kecamatan Lemah Abang. Tapi pada 2009 ini, ajaran ini kembali berkembang di Desa Leuwidingding Kecamatan Lemah Abang. Tokohnya antara lain Sekertaris Desa bernama Wasrum Miharja (57) dan Mantan Sekdes Masduki (67). Dan menurut Kuwu Leuwidingding, Edi Haedi, jumlah pengikut HDH sekitar 30 orang.

Isi ajarannya menurut kuwu, selain yang sudah disebutkan diatas, juga mereka berkeyakinan bahwa hanya mereka yang pasti masuk surga. Selain itu setiap orang yang ikut pengajian diberi uang. Akibat ajaran HDH ini masyarakat Leuwidingding dan sekitarnya resah. Kemudian melaporkan hal itu kepada para pejabat yang berwenang.

Setelah melalui proses yang panjang, MUI Kabupaten Cirebon pada 1 Desember 2009, telah membuat kesimpulan, agar para pengikut HDH  segera bertaubat dan kembali ke jalan yang benar, masyarakat diharapkan tidak anarkis dan tidak main hakim sendiri, pemerintah harus menjaga ketertiban  dan menjaga kesatuan dan persatuan, dan kepada MUI Pusat melalui MUI Jawa Barat agar menetapkan Fatwa tentang Aliran HDH yang meresahkan masyarakat itu.

Pengikut HDH di desa Leuwidingding, berdasarkan penjelasan dari Kuwu Edi Haedi berjumlah 30 orang, yang dipimpin oleh Sekertaris desanya bernama Wasrum Miharja (57) dan Mantan Sekdes Masduki (67). Tapi menurut Danramil Lemah Abang Kapten Inf Oding Setiadi, jumlah mereka mencapai 100 orang, sedangkan yang 30 orang merupakan kader militannya.

Baik Kuwu maupun Danramil mengatakan, para pengikut HDH aktif menyebarkan pahamnya, dengan cara memberi uang dan Sembako. Uang itu menurut Danramil berasal dari iuran para kader militant. Hanya saja beberapa pihak mencurigai dana itu bisa saja berasal dari luar, sebagaimana dana Jaringan Islam Liberal, yang berasal dari Asia Foundation dan lainnya.

Peta Penyebaran HDH
Ajaran HDH berdasarkan penelusuran hingga November 2010 di Wilayah Timur Kabupaten Cirebon telah menyebar antara lain ke Kudu Mulya, Bojong Gebang (Babakan), Karang Tengah (Karang Sembung), menyebar di Kecamatan Lemah Abang sebagai basis Utama, khususnya di Leuwi Dingding dan Sindang Laut. Juga di Kecamatan Susukan Lebak dan diduga menyebar juga di Sedong. Di Kota Cirebon menyebar ke Arga Sunya.

13. LDII
Pendiri dan pemimpin tertinggi pertama gerakan ini adalah Madigol Nurhasan Ubaidah Lubis bin Abdul bin Thahir bin Irsyad. Lahir pada tahun 1915 di Desa Bangi, Kec Purwoasri, Kediri, Jawa Timur. Paham yang dianut oleh LDII tidak berbeda dengan aliran Islam Jama’ah/Darul Hadits yang telah dilarang oleh Jaksa Agung Republik Indonesia pada tahun 1971. Keberadaan LDII mempunyai akar kesejarahan dengan Darul Hadits/Islam, Jama’ah yang didirikan pada tahun 1951 oleh Nurhasan Al Ubaidah Lubis (Madigol). Setelah aliran tersebut dilarang tahun 1971, kemudian berganti nama dengan Lembaga Karyawan Islam (LEMKARI) pada tahun 1972 (tanggal 13 Januari 1972. Pengikut gerakan ini pada pemilu 1971 berafiliasi dan mendukung GOLKAR).
Aliran sesat yang telah dilarang Jaksa Agung 1971 ini kemudian dibina oleh mendiang Soedjono Hoermardani dan Jenderal Ali Moertopo. LEMKARI dibekukan di seluruh Jawa Timur oleh pihak penguasa di Jawa Timur atas desakan keras MUI (Majelis Ulama Indonesia) Jatim di bawah pimpinan KH. Misbach. LEMKARI diganti nama oleh Jenderal Rudini (Mendagri), 1990/1991, menjadi LDII (Lembaga Dakwah Islamiyah Indonesia).
Penyelewengan utamanya, menganggap al-Qur’an dan as-Sunnah baru sah diamalkan kalau manqul (yang keluar dari mulut imam atau amirnya). Gerakan ini membuat syarat baru tentang sahnya keislaman seseorang. Orang yang tidak masuk golongan mereka dianggap kafir dan najis.
Modus operandi gerakan ini mengajak siapa saja ikut ke pengajian mereka secara rutin. Peserta akan diberikan ajaran tentang shalat dan sebagainya berdasarkan hadits, lalu disuntikkan doktrin-doktrin bahwa hanya Islam model manqul itulah yang sah, benar. Pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan, boleh ditebus dengan uang oleh anggota ini.
LDII itu punya semboyan, “Kebo-kebo maju, barongan-barongan mundur.” Maksudnya, kalau menghadapi orang biasa (orang biasa itu oleh LDII dianggap kerbau, bodoh, tak tahu agama), maka orang LDII harus maju untuk mempengaruhi mereka agar masuk ke LDII. Tetapi kalau menghadapi barongan (barongan artinya rumpun pohon bambu berduri, orang LDII menganggap orang yang tahu agama adalah barongan ori/rumpun bambu duri) maka orang LDII harus mundur, tidak usah mempengaruhinya. Ini bukan berarti saya mengaku-aku sebagai orang yang tahu agama, namun hanya untuk membandingkan antara satu aliran sesat dengan aliran menyimpang lainnya.
Sebagaimana orang LDII yang ajarannya jelas sesat dan menyesatkan pun, pernah di antara mereka berkilah, siapa yang bilang LDII itu sesat. Buktinya LDII tidak dilarang, justru kalau ada acara-acara penting didatangi pejabat pula. (Malah ada kelompok aktivis Islam yang rajin menumbuhkan partai barunya dengan aneka cara, di daerah saya lihat berangkulan dengan LDII).

Markas Utama LDII di Cikulak Waled, mengisolir diri
Kilah orang LDII seperti itu pernah kami tanyakan pada orang LDII tersebut: “Kamu tahu tidak, berzina itu terlarang dalam agama?” Dia jawab, tahu. Lantas saya tanya, kamu tahu tidak, bahwa pemerintah itu membiarkan saja pelacuran di mana-mana, bahkan memberikan lokasi khusus, kemudian diprotes oleh umat Islam beramai-ramai saja sulit sekali dihapuskannya? Orang LDII di wilayah Halim Perdana Kusumah Jakarta itu hanya memonyongkan mulut.
Lantas saya lanjutkan: Pelacuran dibiarkan saja oleh pemerintah, itu sama sekali tidak mengurangi keharamannya. Demikian pula LDII dibiarkan oleh pemerintah, (atau dirangkul oleh aktivis partai yang mengaku Islam) itu tidak mengurangi nilai kesesatannya. Bahkan sampai didukung oleh pemerintah pun (atau didukung oleh partai yang mengaku tepat pilihan umat pun), tidak mengurangi nilai kesesatannya.
Demikianlah, dalam kasus-kasus tertentu ternyata justru adanya pemerintahan di sini malahan sebagai tameng bagi penjaja-penjaja kesesatan. (Ditambah lagi, adanya kepentingan partai pun kadang secara tidak langsung adalah melindungi aliran sesat). Demikian Laporan Ahli Aliran Sesat KH Hartono Ahmad Jaiz.
Pada bulan Maret 2008, MUI dan beberapa Ormas Islam mengeluarkan satu seruan, bahwa LDII sudah kembali pada Islam, dan ajarannya sama dengan mayoritas Ummat Islam lainnya. Tapi fakta dilapangan hal itu belum terlihat hingga November 2010 ini. LDII masih seperti yang dulu. Semua keterangan dan laporan  investigasi LDII belum berubah, mereka hanya bersiasat.
Peta Penyebaran LDII
LDII menyebar ke seluruh Kecamatan di Kabupaten Cirebon, salahsatu pusat terpenting di Wilayah Timur Kabupaten Cirebon adalah desa Cikulak, mereka mendirikan basis yang terdiri dari masjid dan perumahan persis di perbatasan Cikulak dan Cibogo, terpisah dengan masyarakat lainnya, suatu yang khas LDII, seperti juga basis di Kota Cirebon di jalan Ahmad Yani yang berada di tengah sawah, di depan komplek pesantren Madinatun Najah, Dukuh Semar.

14. AHMADIYAH
Orang yang mengakui adanya nabi lagi sesudah Nabi Muhammad saw maka mereka sesat. Itulah kelompok Ahmadiyah yang mempercayai Mirza Ghulam Ahmad dari India sebagai nabi setelah Nabi Muhammad saw.
Gerakan Ahmadiyah didirikan oleh Mirza Ghulam Ahmad di India. Mirza lahir 15 Februari 1835 M. dan meninggal 26 Mei 1906 M di India. Ahmadiyah masuk ke Indonesia tahun 1935, tapi mereka mengklaim diri telah masuk ke negeri ini sejak tahun 1925. Tahun 2000, mendiang khalifah Ahmadiyah dari London, Tahir Ahmad, bertemu dengan Presiden Abdurahman Wahid. Kini Ahmadiyah mempunyai sekitar 200 cabang, terutama Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Barat, Palembang, Bengkulu, Bali, NTB dan lain-lain. Basis-basis Ahmadiyah di Kuningan, Jawa Barat dan Lombok telah dihancurkan massa (2002/2003) karena mereka sesumbar dan mengembangkan kesesatannya.
Tipuan Ahmadiyah Qadyan, mereka mengaku bahwa Mirza Ghulam Ahmad itu nabi namun tidak membawa syariat baru. Tipuan mereka itu dusta, karena mereka sendiri mengharamkan wanitanya nikah dengan selain orang Ahmadiyah. Sedangkan Nabi Muhammad saw tidak pernah mensyariatkan seperti itu, jadi itu syari’at baru mereka. Sedangkan Ahmadiyah Lahore yang di Indonesia berpusat di Jogjakarta mengatakan, Mirza Ghulam Ahmad itu bukan nabi tetapi Mujaddid. Tipuan mereka ini dusta pula, karena mereka telah mengangkat pembohong besar yang mengaku mendapatkan wahyu dari Allah, dianggap sebagai mujaddid.
Akhirnya MUI dan seluruh Ormas Islam Kabupaten Cirebon (28/04) mengeluarkan pernyataan resmi sepakat mendukung keputusan  Bakorpakem Pusat untuk membubarkan Aliran Ahmadiyah dan melarang semua kegiatannya di seluruh Kabupaten Cirebon dan Indonesia, setelah mengadakan rapat gabungan di aula BAZ Kabupaten Cirebon.
           
Pertemuan itu dihadiri oleh tokoh-tokoh dari NU, ICMI, Muhammadiyah, Persis, Jami’atul Washliyah, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Persatuan Ummat Islam (PUI), dan para Ulama, pimpinan pondok pesantren dan Ketua MUI Kabupaten Cirebon beserta jajarannya.
           
Dalam pertemuan ini kembali ditegaskan, bahwa Forum Khiththah 1926, yang berkumpul di Pesantren Khotulistiwa Kempek Kecamatan Gempol, yang menyatakan dukungannya kepada Ahmadiyah, tidak terkait dengan Ormas Islam manapun, dan beberapa pihak seperti dari HTI dan Persis menegaskan, Ahmadiyah itu batil dan yang mendukung Ahmadiyah juga berarti batil.
Demo mendukung Ahmadiyah di Cirebon, 6 Juni 2008. Selain Unsur
dari NU juga dari PDI Perjuangan dan Partai Kebangkitan Bangsa.

           
Pertemuan ini menghasilkan empat rekomendasi penting yang akan segera disosialisasikan kepada seluruh masyarakat Kabupaten Cirebon, yaitu, pertama mendukung keputusan Bakorpakem Pusat yang ditindaklanjuti oleh Keputusan MUI Jawa barat tanggal 24 April 2008, bahwa Ahmadiyah sesat dan menyesatkan.
           
Kedua, mendesak pemerintah agar segera menindaklanjuti keputusan Bakorpakem dengan mengeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Agama, Menteri dalam Negeri dan Kejaksaan Agung yang berisi, pemerintah segera melarang segala kegiatan Ahmadiyah di seluruh Indonesia, Pemerintah memberikan jaminan perlindungan kepada anggota jema’at Ahmadiyah, pencegahan tindakan kekerasan dan atau pengrusakan asset Ahmadiyah, dan pembinaan jema’at Ahmadiyah agar kembali kepada ajaran Islam yang benar.
           
Ketiga, menghimbau kepada seluruh pimpinan MUI di Kecamatan dan Desa, para pimpinan Ormas Islam serta para cendekiawan agar melakukan pendekatan, silaturrahmi dan dialog dengan jema’at Ahmadiyah untuk mengajak mereka kembali kepada ajaran Islam yang benar.
           
Dan keempat tidak membiarkan Ahmadiyah menjadi agama tersendiri, karena UUD telah menegaskan beberapa Agama yang diakui. Jika Ahmadiyah dipersilakan menjadi Agama sendiri maka UUD harus diamandemen, hal itu akan memberikan peluang siapapun untuk bertindak semaunya dan mendirikan agama sendiri, akibatnya akan timbul kerumitan dan penyesatan baru yang bisa merebak.
           
Dalam forum itu juga mencuat, kalau Ahmadiyah sarat dengan muatan agenda politik Negara-negara barat, dan upaya penghancuran Islam secara sistematis.


15. Millah Ibrahim

MUI Kabupaten Kuningan pada tanggal 1 Februari 2010 mengeluarkan fatwa dari MUI Pusat bahwa aliran Millah Ibrahim sesat dan menyesatkan. Sebagaimana yang sudah dibahas diatas, bahwa persoalan ideologi menyebar saling mempengaruhi lintas batas di wilayah III Cirebon, aliran ini juga menyebar ke Kabupaten dan Kota Cirebon.


Di Cirebon sendiri untuk membendung Aliran Sesat Ulama Cirebon Bentuk Tim 9 dan Tim 12. Tim 9 MUI Kota Cirebon dibentuk pada tanggal 12 Desember 2009, melalui rapat pleno di Gedung Islamic Centre Kota Cirebon (ICC), yang diketuai oleh Habib Syarif Utsman Yahya, pengasuh Pondok Pesantren Jaga Satru Kota Cirebon. Tugas pokok tim ini menginvesatigasi aliran-aliran sesat.

Aliran sesat yang diinvestigasi waktu itu adalah Millah Ibrahim di Pekiringan Kecamatan Kesambi dan aliran Hidup Dibalik Hidup yang berkembang di Argasunya Kecamatan Harjamukti.

Menurut Ketua MUI Kota Cirebon KH Mahfudz Bakri, tim ini diberi waktu sekira satubulan, dan mulai kerja efektif sejak tanggal 17 Desember 2009. Menurutnya pengikut-pengikut aliran sesat ini yang dulu sembunyi-sembunyi, sekarang sudah berani terang-terangan, apalagi karena mereka juga ada yang membela.

Sementara itu, para Ulama se Wilayah III Cirebon (Forum Ulama Ciayumajakuning),, yang dibentuk di rumah KH Makhtum Hanan pimpinan Ponpes Masyariqul Anwar babakan Ciwaringin, pada tanggal 22 November 2009, juga sepakat membentuk tim 12. Tim ini menyampaikan rekomendasi untuk berbagai pihak yang berisi enam butir.

1.   Membentuk Forum Ulama Ciayumajakuning
2.   Meminta kepada Kepala-kepala Daerah Wilayah III Cirebon, agar daerahnya bersih dari segala bentuk Kemaksiatan
3.   Meminta kepada seluruh aparatur pemerintahan se Wialayah III Cirebon, supaya mencegah terjadinya pemurtadan terhadap Ummat Islam.
4.   Meminta kepada seluruh aparatur pemerintah se Wilayah III Cirebon supaya aliran-aliran sesat dibubarkan.
5.   Meminta kepada Pemerintah Pusat agar pembangunan jalan tol Cikampek Palimanan (Cikapa) tidak melewati atau membelah pesantren Babakan Ciwaringin.
6.   Jam pelajaran Agama di sekolah-sekolah harus ditambah.

Walaupun sudah difatwakan sesat dan harus dibubarkan, kenyataannya aliran MI ini terus berkembang di Kabupaten Cirebon. Aliran ini dikembangkan oleh Haris Amirullah kelahiran Pabuaran Lor Kabupaten Cirebon tahun 1977. Sekarang bermukim di Perumahan Bumi Babakan Indah Kecamatan Babakan. Haris menikahi seorang perempuan dari desa Leuweung Gajah Kecamatan Ciledug, dan sekarang mengelola toko dan Warnet Prisma disamping Puskesmas Pabuaran. Di Kota Cirebon MI dikembangkan oleh Mamat Khumaedi, Masihin dan Tadirun


Prof Dr Salim Badjri, KH Makhtum Hanan dan Drs Masykur Ibnu Ilyas,
saat deklarasi Forum Ulama Cirebon 22 November di Pesantren Masyariqul
 Anwar Babakan Ciwaringin

Aliran MI dikembangkan di wilayah III Cirebon oleh Zubaedi Djawahir dari Kuningan. Pada tahun 2000  Zubaedi mendirikan L* Sakani ( Lembaga Studi dan Aktualisasi Kejernihan Islam). Belum diketahui arti lambang * di belakang huruf L ini. Berdasarkan keterangan Ketua MUI Kab Kuningan, Drs KH Hafidzin Ahmad L* Sakani dan MI itu sama.

Ajaran terpenting dari MI ini adalah, bahwa Zubaedi Djawahir adalah sederajat dengan Nabi dan penyempurna Nabi-Nabi sebelumnya. Nabi Muhammad SAW bukan Nabi penutup. Rosul artinya orang atau tokoh yang membawa risalah hikmat dan kebenaran dan Zubaedi Djawahir adalah Rosul, yang membawa pencerahan dan kebenaran. 

Rapat Bakorpakem Kota Cirebon tanggal 1 Februari 2010 di Kajari Kota  Cirebon menyimpulkan MI sesat dan Terlarang. Hadir dalam rapat itu Ketua MUI KH Mahfudz Bakri dan Ketua Tim 9 MUI Kota Cirebon KH Syarif UtsmanYahya, Ketua Komisi Fatwa KH Fathoni Syihabuddin, Kajari/Kabakorpakem Ari Arifin Bratakusumah, Kakan Kemenag, dari Dishub, Kesbangpol, Polres, Korem, Kodim dan Kejaksaan, fatwa sesat didasarkan pada Fatwa MUI Pusat dalam SK : 070/HT-MUI-KC/XII/2009, tanggal 30 Desember 2009.  

Ponpes Masyariqul Anwar Babakan Ciwaringin


16. Kepercayaan atau Agama Pasundan
Menyebar di desa Sidawangi Kecamatan Sumber, pimpinannya bernama Sutarja. Aliran Kepercayaan ini menurut Nara Sumber sangat dekat dengan ajaran Madrais di Cigugur Kuningan. Para pengikut mengadakan ritual atau kumpul-kumpul biasanya pada hari sabtu di blok Capar.

Para pengikut kepercayaan ini juga sangat dekat dengan komunitas Katholik, bahkan ada yang ke Gereja. Hal itu bisa merujuk pada keberadaan Madrais dan keluarganya. Pada saat Madrais meninggal dan ajaran ini kehilangan pengaruh, anak Madrais masuk ke agama Katholik yang kemudian ditiru oleh para pengikutnya. Bahkan tempat bersemadhi Madrais di desa Cisantana Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan, berupa bangunan batu berkubah, dengan simbol-simbol salib yang sangat mencolok.

Pada tahun 1987, pengikut agama ini ada sekitar 10 ribu orang yang tersebar di berbagai daerah di Wilayah III Cirebon. Pasca meninggalnya Madrais jabatan pimpinan agama Sunda ini diserahkan kepada anaknya yang bernama Teja Buwana.

Pokok-pokok ajarannya antara lain, Tuhan itu ada, dan tuhan mengutus rosul dikalangan kaum agama Sunda yaitu Teja Buwana. Pakaian khas mereka berwarna putih, hitam dan hijau. Menentang sholat dan melarang khitan, perkawinan dilaksanakan tanpa penghulu. Pada waktu Madrais masih hidup, para pengikut diwajibkan meminum keringat gurunya itu yang dicampur air. Hari besarnya adalah tanggal 1 Syuro.


17. Aliran Maripat
Maripat artinya mari sing papat. Berkembang di desa Gegunung Kecamatan Sumber, disebarkan oleh Raden Suwarno Sudarmanto, dari Kasepuhan, meninggal pada desember 2009. pengikutnya sekira 10-20 orang.

Inti ajarannya terfokus pada budi pekerti sesuai dengan falsafah Jawa atau falsafah Keraton. Ibadah seperti dalam ajaran Islam dianggap tidak perlu.


18. Aliran Kejawen Wowon
Berkembang di desa Cipanas Kecamatan Dukupuntang, disebarkan oleh Ki Wowon Wiatna dari Karawang sejak tahun 2002. Ki Wowon tinggal di blok Bledug desa Cipanas dan meninggal pada awal 2010.

Jumlah Pengikut Ki Wowon tidak ada data yang jelas. Inti ajaran pada prinsipnya sama dengan ajaran Maripat.


19. Aliran Tarkum
Aliran Tarkum berkembang di desa Dukuh Kecamatan Kapetakan. Tarkum yang berusia kir-kira 55 tahun (2011)  lebih dikenal oleh masyarakat sebagai dukun multi level. Dia tidak agresif menyebarkan keyakinannya pada orang lain, kecuali pada orang-orang yang datang padanya. Ajarannya berupa falsafah Jawa dari Kasepuhan. Intinya yang penting berbuat baik pada manusia.

Ajarannya antara lain bahwa pekerjaan yang halal adalah seperti jadi tukang beca, petani, dan pekerjaan-pekerjaan tukang. Tidak perlu membuat akta lahir atau dokumen-dokumen lainnya. Sekolah itu tidak penting, jadi kalau memperhatikan prinsip ajaran Tarkum, maka kita akan kembali ke zaman Indonesia awal abad masehi.Tarkum tinggal satu rumah dengan empat istri dan anak-anaknya.

20. Ajaran Warjan
Warjan kelahiran Panguragan Lor sekira tahun 1950, dan lama tinggal di Kota Depok-JawaBarat, kemudian tinggal di desa Panguragan Kulon Blok Karang Anyar Kecamatan Panguragan dan meninggal pada tahun 2010. 

Berdasarkan keterangan dari berbagai sumber, jika mengadakan ritual;, maka harus berada ditempat yang gelap, atau tempat itu harus digelapkan. Yang unik dari ajarannya adalah bahwa Gusti Allah pun harus dikirimi hadiah pahala Al Fatihah. Jumlah pengikutnya tidak diketahui.

21. Aliran Pargo
Pada tahun 1960-an, di Kecamatan Gegesik tepatnya di desa Gegesik Kulon, berkembang ajaran yang disebut Pargo. Ajaran ini sangat menentang Syari’at Islam. Kemunculannya bertepatan dengan berkembangnya PKI, bahkan beberapa tahun setelah G 30 S/PKI.

Tidak diketahui siapa pemimpinnya, yang jelas para penganut dan pimpinannya semua adalah pendatang dari luar Cirebon. Beberapa sunber menyebutkan, karena semuanya pendatang dan kemudian setelah PKI ditumpas mereka pada pergi, maka sangat sulit mencari jejaknya.

Sumber-sumber lainnya menyebutkan, kemungkinan para penyebar ajaran ini adalah orang-orang kejawen yang terlibat PKI,  dan berupaya menghancurkan Islam dari dalam, karena Islam merupakan penghalang utama berkembangnya paham Komunis.

22.Aliran sarmun
Aliran ini muncul di Desa Kertasari Kecamatan Weru, pimpinannya bernama Sarmun seorang sopir angkot.. Sarmun berasal dari desa Babadan Kecamatan Plered, dan menyebarkan pahamnya di Babadan, punya banyak pengikut, lalu pindah ke Kertasari dan mebdapat pengikut sekira 17 orang.

Inti ajarannya adalah pengobatan jiwa, masyarakat menyebutnya pengobatan stres,  tapi mengabaikan ajaran agama. Pada malam-malam tertentu mereka berkumpul, dengan pakaian serba putih di blok Keputihan desa Kertasari.
23. Komunitas Pejambon
Kelurahan Pejambon terletak di Kecamatan Sumber, bersebelahan dengan Kelurahan Gegunung. Disini ada sebuah komplek yang agak terpencil dari masyarakat lain, tapi cukup dekat dengan sebuah perumahan yang sedang dibangun.

Tak ada satupun staf kelurahan yang tahu siapa, dan ada kegiatan apa di dalam komplek tersebut, begitu juga masyarakat disekitarnya. Orang terdekat ke komplek itu hanya tahu satu orang saja, itupun karena penghuni komplek tersebut sering membeli rokok di warungnya setiap malam rabu. Pada malam itulah komplek tersebut ramai.

Orang tersebut bernama Abah Kasan, umur antara 50-60. Informasi lain menyebutkan adanya seorang penghuni bernama Asep Muttaqin, guru honorer di SD Negeri 2 Watu Belah Sumber. Karena hampir tidak ada informasi apapun dari masyarakat dan aparat berwenang, kami memasuki komplek tersebut dan menemui para penghuninya. Dan hanya ada satu orang saja yang bersedia menemui kami.

Orang itu bernama Abah Kasan berasal dari Mandirancan Kuningan, tugasnya sebagai penjaga komplek. Orang lain yang ada disitu dan memiliki otoritas bernama Yosef dari Ciniru, dan ada juga bernama Dede dari Jalaksana, semuanya berasal dari Kabupaten Kuningan. Saat ditanya soal Asep Muttaqin, Abah Kasan berusaha mengelak, dengan menyebutkan tak ada nama itu.

Tempat itu konon sebagai tempat kegiatan PKBM (Proses Kegiatan Belajar Mengajar) Kejar Paket, paket apa tidak jelas apakah A,B, atau C. Yang jelas di komplek itu hanya ada beberapa ruangan yang tidak menampakkan tempat belajar mengajar. Ada beberapa ruangan tapi tampaknya hanya untuk tempat tidur, ada juga tempat yang terlihat untuk ibadah, kantin dan tempat ngobrol terbuka.

Saat ditanya tentang kegiatan keagamaan, sekali lagi Abah Kasan seperti kelabakan. Dia malah balik bertanya, ”apakah anda wartawan ?”. Menurut dia, komplek ini memang untuk belajar agama, tapi penjelasan soal agama hanya khusus diberikan oleh pimpinan, dan mempersilakan datang pada hari sabtu atau minggu.

Salah satu sudut bagian dalam komplek komunitas Pejambon


Papan nama komunitas pejambon Jalan Ki Ageng Tapa 37 Sumber

24. Jaringan Islam Liberal
Jaringan Islam Liberal (JIL) adalah sebuah organisasi di Indonesia yang sangat gigih mengusung Sekularisme-Pluralisme- Liberalisme (Sepilis). Perlu pembahasan khusus untuk Jaringan Islam Liberal ini, karena tingkat resistensinya sangat kuat. Gerakan ini didukung dengan dana dan sarana yang luar biasa dan bersifat internasional, lintas negara dan agama. Para petinggi negara di Indonesia, artis, para akademisi atau ilmuwan, para ulama dan berbagai pesantren telah menjadi pionir gerakan ini. Media massa khususnya televisi di seluruh Indonesia telah menjadi corong berkembangnya paham ini, termasuk televisi lokal Cirebon, membuat gerak dan buah pikiran mereka cepat sekali menyebar. Apalagi karena mereka juga menguasai kampus-kampus perguruan tinggi. Gerakan ini telah mampu mementahkan apa saja fatwa MUI.

Sepilis yang diusung JIL bukan hal yang baru di Indonesia, pemikiran itu sudah ditanamkan jauh sebelum Indonesia merdeka pada aktifitas organisasi semisal Budi Utomo, aktifitas kepemudaan, para aktifis partai dan cendekiawan yang kemudian menjadi para penguasa pasca Indonesia merdeka. Para Freemason Belanda (Vrij Matselerij) unsur utama penanamnya. Dengan menguasai sejarah, media massa dan sarana negara, para Sepilis berhasil menjadikan Hari lahir Budi Oetomo menjadi hari Kebangkitan Nasional, dan menetapkan Hari Lahir Kartini sebagai momentum kebangkitan Wanita Indonesia.

Kartini tidak memiliki jasa fenomenal, seperti Cut Nyak Dien, Rahmah El Yusnusiyah atau Dewi Sartika. Kartini Cuma ngaji Qur’an dan belajar cara kampung, pengertian agamanya sangat dangkal, gurunya yang bernama Ny. Van Kol yang berperan membimbing Kartini, dan membuatnya pemikirannya dalam agama menjadi menyimpang. Kartini adalah seorang Pluralis kata Dr. Th. Sumartana (1993) , ia tak melihat agama dari segi-segi yang Cuma bersifat teknis instrumental, ia menekankan fungsi profetiknya, pendeknya Kartini tak memutlakkan kebenaran agamanya dihadapan pemeluk agama lain, demikian Dr. Th. Sumartana seorang Theolog Kristen.

Akar JIL dengan Sepilisnya bisa dirunut secara jelas pada asas-asas Freemasonry, program dan protokolat Zionis, seperti yang diungkapkan oleh Abdullah Patani dan Al Marzdedek.

Asas Freemasonry yang dinamakan Khoms Kanon terdiri dari dua bagian, pertama yang ditampakkan, dan kedua yang disembunyikan. Yang ditampakkan adalah : Humanisme (Internasionalisme), Demokrasi, Sosialisme, Monoteisme, dan Nasionalisme.

1.      Humanisme : manusia harus tolong menolong dalam kebaikan tanpa membedakan ras, agama, suku dan paham. Freemasonry adalah lembaga kemanusiaan, yang mengajak pada kesempurnaan dengan dasar Kemerdekaan (Liberte), Persamaan (Egalite) dan Persaudaraan (Fraternite). Humanisme adalah Internasionalisme, mengangkat semua bangsa didunia dalam tatanan sederajat.
2.      Demokrasi : Freemasonry harus mendirikan republik demokrasi diseluruh dunia, membentuk usaha bersama demi kemakmuran, menentang segala bentuk pengkastaan dimasyarakat.
3.      Sosialisme : Mendukung pemerataan hak-hak milik, tempat usaha bersama demi kemakmuran, menghapus sistem tuan tanah, membagikan sebagian besar tanah untuk kepentingan bersama.
4.      Monoteisme :  Merujuk pada amanat lama agar manusia berkeyakinan pada ke-Esaan Tuhan dengan pemikiran atau filosofi yang dibangun sendiri, menghormati semua agama, meyakinkan semua orang agar mengakui kebenaran dan kesucian semua agama.
5.      Nasionalisme : Freemasonry adalah lembaga kebangsaan semua bangsa, dan menjadikan kebangsaan adalah asas negara, membangkitkan semangat untuk tidak jadi budak bangsa lain.

Dengan asas ini, Freemasonry melalui kelompok cahaya (Illuminati) membentuk berbagai organisasi dari segala segmen bangsa-bangsa didunia, terutama bangsa-bangsa yang sedang terjajah. Mempengaruhi mereka dengan pola pikir ini, kemudian menungganginya dengan operasional Khoms Konun yang tersembunyi.

Asas-asas yang disembunyikan itu adalah, Humanisme, Plotisme, Sekularisme, Ateisme dan Israilisme.

1.   Humanisme : Humanisme harus dijadikan sebuah isu atau terminologi yang populer, kemanusiaan (humanisme) harus menjadi Tuhan yang disembah. Membentuk etika kemanusiaan menggantikan etika keagamaan. Etika agama harus dicitrakan sebagai etika kaku (Nggak gaul gitu loh …) termasuk membuat minder seorang pemeluk agama saat dia kelihatan sebagai seorang yang taat. Humanisme harus dapat mengalahkan agama. Humanisme bagi Freemasonry adalah, berlakulah “Kemanusiaan yang adil dan beradab” janganlah menjadi peniru bangsa Babilon yang telah membuangmu, dan bagi bangsa-bangsa goyim berlakulah Syer talmud “Taklukanlah mereka, binasakanlah mereka karena mereka hendak mengambil hakmu, engkau adalah bangsa tertinggi seumpama menara yang tinggi”
“Gunakan hatimu ketika menghadapi saudaramu, karena mereka itu keturunan Ya’qub  keturunan Israel, buang hatimu saat menghadapi lawanmu, karena mereka bukan saudaramu, mereka adalah kambing-kambing perahan dan harta mereka adalah hartamu, rumahnya adalah rumahmu, tanahnya adalah tanahmu” (Syer  Talmud Qobbala XL:45).

2.      Plotisme : Plotisme berarti paham mengambang(kan), plotis mengambang, terapung. Adalah cara untuk mengambangkan semua paham dan agama. Setelah itu disuntikkanlah ide-ide Freemasonry. ”Hai saudara-saudaraku dengan plotisme kita mendapat kunci pembuka seribu pintu kemenangan, dengan plotisme kita mempunyai seribu kunci etika pergaulan “.

3.      Sekularisme : Inti dari sekularisme adalah menghilangkan unsur Agama dalam proses penyelenggaraan pemerintahan, pemisahan dan penolakan unsur agama dalam politik, dan kemudian penghilangan atau pemisahan itu dilakukan juga dalam pergaulan antara bangsa. Termasuk dalam etika perpolitikan PBB. Dalam PBB semua sengketa dalam penyelesaiannya mengacu pada batas-batas wilayah suatu negara, dan menghindari faktor-faktor ideologi, terutama penyelesaian masalah negara-negara yang dimerdekakan pasca perang Dunia II dan penyelesaian masalah Palestina – Israel.
“Sesungguhnya dalam kita berjuang melawan agama-agama itu tidak akan ada akhirnya, kecuali agama itu dipisahkan dari negara” (Majalah freemasonry  Accacia 1903:806).
Di Indonesia upaya ini dilakukan untuk memukul diberlakukannya Piagam Jakarta, hanya sehari setelah Proklamasi Kemerdekaan, dengan ultimatum tanpa alternatif, yaitu “ Berlakunya Piagam Jakarta, atau pisahnya Indonesia Bagian Timur”.
4.      Ateisme : pengkiblatan terhadap Humanisme, upaya plotisme dan sekulerisme akan bermuara pada sikap tak peduli pada agama, tidak meyakini kekuasaan Tuhan yang maha Kuasa dan Pencipta, akhirnya tidak percaya adanya Tuhan. Ajaran Teosofi yang dikembangkan Annie Bessant mengarahkan pada Ateisme ini untuk negara-negara non komunis “Ateisme termasuk Etiket kebangsaan. Hiduplah para pejuang digaris depan, sedangkan mereka menyibukkan diri memperbaiki dunia”.“Ateisme adalah satu-satunya jalan ilmiah masa kini “ (Al Marzdedek, Majalah Parokim 67 tahun 1921).
“ Freemansory tidak ragu-ragu untuk memaklumkan perang terhadap agama, untuk  mendidik para anggotanya meninggalkan agama “ (Majalah Freemansory Perancis 1936), “ Tujuan Fremansory adalah menciptakan pemerintahan ateisme”. Freemansory sukses membentuk pemerintahan Komunis di Uni Soviet, lalu sukses juga membentuk Amerika Serikat menjadi negara yang menjamin kebebasan penduduknya untuk memeluk agama apa saja, atau tidak memeluk agama sama sekali. Semuanya mengarahkan orang pada pada sikap Ateis, baik dengan Ideologi Komunis maupun dengan penerapan demokrasi yang dikomandani Amerika Serikat. Artinya sebenarnya keduanya adalah pilihan politik dan ideologi yang buruk yang lahir dari induk yang ateisme. Keduanya sengaja dilahirkan untuk mengepung sebuah ideologi Monoteistik yang memiliki kelengkapan struktur aplikasi ajarannya dia itu bernama Islam.

  1. Israilisme : Semua isme, semua penggunaan ilmu dan tehnologi, segala jenis bisnis, semua pergolakan yang terjadi di dunia pada intinya harus menguntungkan Yahudi karena Freemasonry adalah Yahudi, semuanya demi kemenangan Israel raya.

Untuk mewujudkan kemenangannya itu Freemasonry memasang wajah manis, memelopori persaudaraan dunia dengan landasan asas-asasnya melalui berbagai media massa, atau langsung ke khalayak, menyerukan kerjasama dalam kebaikan dengan tidak membedakan ras, bangsa, suku dan agama. Memelopori perkawinan antar agama dan antar bangsa, sehingga tercipta persatuan diantara semua pemeluk Agama dan melenyapkan egoisme dalam agama. Inilah yang disebut pluralisme.
                          
Di Indonesia upaya-upaya ini gencar dilakukan dikalangan artis atau bintang film dan tokoh-tokoh terkenal. Program ini sangat sukses di Indonesia, perkawinan antara artis perempuan Indonesia yang mengaku beragama Islam dengan laki-laki non muslim atau bule sangat marak, perkawinan campur itu kemudian didukung dengan program khusus Infotaiment, untuk mempropagandakan bahwa perkawinan seperti itu adalah bentuk modernisasi Indonesia yang layak diteladani.
                
Sepilis adalah perangkap yang sangat hebat, ulet dan liat  dan dipropagandakan sebagai main stream, sehingga kapan saja dan dimana saja bisa digunakan, tinggal menunggu atau membuat momentumnya saja. Sehingga jika ada seorang Muslim atau sekelompok orang Islam menolak sesuatu yang pada dasarnya ada landasan agama, dengan cepat mereka akan dituduh fanatik, fundamentalis, ekstrim, radikal sampai teroris, setidak-tidaknya dianggap melawan “main  Stream” melalui media-media yang memihak Sepilis.

Keluarnya 11 Fatwa MUI (Majelis Ulama Indonesia), telah membangkitkan gelombang kemarahan dari JIL, para pedagang eceran kelas teri ini menghujat bahkan mengumumkan perang melawan para Ulama. Mereka dipimpin oleh Gus Dur, Dawan Raharjo, Ulil Abshar Abdala (Kordinator JIL), Siti Musdah Mulia (Pengasong Pluralisme dan Infiltran Freemasonry di Depag), Syafi’I Anwar (Direktur International Centre for Islam and Pluralisme/ICIP), Pendeta Weinata Sairin (Pengurus PGI), Romo Edi (KWI), Djati Kusuma (Pimpinan Kepercayaan Sunda Wiwitan) Anand Krishna dan ada juga perwakilan dari Kong Hu Cu.

Di Cirebon, tak urung fatwa MUI juga menuai kecaman para wartawan dan tokoh-tokoh aktivis organisasi pemuda, termasuk KNPI. Dalam Sidang Paripurna DPRD Kabupaten Cirebon tanggal 17 Agustus 2005 lalu, yang mengundang Muspida Plus, para kepala Dinas, Camat dan tokoh-tokoh daerah, Tatang Suwardi (Ketua KNPI Kab. Cirebon) dan Sekretarisnya Abdur Rahim Muhdi (yang disebut pendukung fanatis Gus Dur oleh Tatang) mengungkapkan kekecewaannya terhadap MUI, terutama fatwa haramnya Ahmadiyah.

Tatang dan Muhdi beranggapan karena MUI adalah sebuah ORMAS, maka dia tak berhak membubarkan Ahmadiyah yang sama-sama Ormas. Hal senada diungkapkan pula oleh tokoh Pemuda Demokrat Indonesia (PDI) organisasi underbouw PDIP, juga oleh wartawan-wartawan lokal, termasuk media lokal yang berpengaruh di Kota dan Kabupaten Cirebon. Tetapi fatwa MUI itu berhasil memperjelas telah terjadinya perang pemikiran yang begitu intens terjadi di Cirebon, memperjelas siapa yang ingin membangun dan siapa yang ingin merusak. Fatwa-Fatwa MUI itu adalah :
1.      Mengharamkan pelanggaran hak intelektual seperti pembajakan dan plagiat.
2.      Mengharamkan praktek perdukunan dan ramal-meramal, yang sangat gencar diiklankan diberbagai media masa yang menyesatkan serta menjerumuskan pada kemusyrikan.
3.      Mengharamkan do’a bersama yang dipelopori oleh para pedagang eceran pluralisme. Do’a bersama adalah bid’ah yang tidak ada dasar hukumnya dalam Syari’at Islam.
4.      Mengharamkan perkawinan beda agama, yang telah menjadi tema besar yang dikampanyekan oleh para pejuang JIL, dengan dukungan berbagai tabloid, artis dan tayangan infotainmen diberbagai televisi.
5.      Mengharamkan warisan beda agama, kecuali bersifat wasiat atau hibah.
6.      Kriteria tentang maslahat bagi masyarakat atau orang banyak.

7.      Mengharamkan Pluralisme yang menganggap semua agama sama, sekularisme dan liberalisme beserta semua turunannya, termasuk bidang pemikiran.
8.      Menekankan bahwa hak milik wajib dilindungi dan dijaga oleh negara, negara tidak punya hak merampas atau memperkecil. Hak milik bisa dicabut untuk kepentingan umum yang lebih besar, setelah melalui musyawarah, tanpa paksaan dan dengan ganti rugi yang adil.

9.      Mengharamkan perempuan menjadi imam Sholat selama ada pria yang akil baligh.
10.  Mengharamkan ajaran Ahmadiyah (Qodian dan Labore), keduanya sesat dan menyesatkan.
11.  Memperbolehkan hukuman mati untuk tindak pidana berat.

Forum Ummat Islam (FUI) dalam surat terbukanya menyatakan, Sepilis adalah haram untuk diikuti dan mengikutinya adalah murtad. FUI mengangap bahwa kampanye penolakan JIL atas Fatwa MUI yang dilakukan berbagai media massa sudah sangat menghawatirkan dan tidak proporsional. Karena telah mengesankan Ummat Islam secara keseluruhan sebagai orang-orang dungu yang kejam dan tak memiliki toleransi serta sangat anti kemajuan.

Padahal menurut FUI, Nabi Muhammad adalah pelopor toleransi yang tidak ada duanya. Sejak awal Islam mengajarkan toleransi dan perlindungan terhadap pemeluk agama lain. Dalam sejarah tak ada satupun bukti bahwa umat Islam pernah menindas ummat lain. Sepanjang sejarah, penganut Kristen dan Yahudi justru mendapat perlindungan dibawah kekuasaan Islam.

Gerombolan JIL yang berdagang Pluralisme menjelaskan, semua agama sama, kebenaran relatif, oleh karena itu setiap pemeluk agama tidak boleh mengklaim bahwa agamanya saja yang benar dan yang lain salah. Setiap pemeluk agama akan masuk dan berdampingan di surga. Inilah titik pertentangan dengan Islam yang sangat mendasar.

MUI menegaskan, setiap pemeluk agama harus mengklaim bahwa hanya agamanya saja yang benar, termasuk pemeluk Islam harus bersikap seperti itu. Tapi harus menghormati pemeluk agama lain, karena pluralitas adalah suatu kenyataan yang tidak bisa dibantah. Menghormati pemeluk agama lain bahkan wajib dalam Islam, mengganggu dan menghinanya adalah suatu kejahatan.                

Di Cirebon, Kelompok JIL menjadikan sekolah Tinggi Agama Islam Negeri/STAIN (Sekarang IAIN Syekh Nur Jati) sebagai markas untuk perjuangannya. Upaya mereka sudah menapaki skala besar internasional. Seperti penyelenggaraan dialog antar pemeluk agama, tanggal 21 Maret 2005 lalu, kerja sama antara STAIN Cirebon dengan Ohio University USA. Ketua pelaksana dialog akademik Internasional ini, Ilman Nafi’an MAG menjelaskan, alasan diadakannya dialog (yang diprogramkan berkesinambungan ini) karena terus menerus terjadi konflik antar pemeluk agama karena perbedaan kepercayaan dan budaya, untuk meredakannya diperlukan dialog secara rutin. Ilman rupanya tidak melihat satu kenyataan, bahwa ummat Islam tidak pernah menjadi trigger dalam konflik itu.

 Nara sumber dalam dialog itu antara lain Richard G Kraince Ph.D dan Dr. Anne Shoemaker (Ohio University), Dr. Nurkhalis Setiawan MA (Centre Dialogue UIN Yogyakarta) serta Prof.Dr.H.Maksum Mukhtar MA dan Dr. Adang Djumhur MA (STAIN Cirebon), tema dialog adalah “Membangun Hubungan yang Lebih Harmonis Antar Penganut Sekte, Kepercayaan dan Budaya”. Tema yang gampang ditebak selalu diusung para JIL-Wan/wati.

Dialog diikuti 12 orang delegasi dari Ohio University, 13 orang dosen STAIN, 75 orang Mahasiswa, 12 tokoh masyarajat, 13 pemuka agama dan lain-lain sekitar 25 orang. Ilman menegaskan pihaknya prihatin, karena para pemeluk agama selalu menjustifikasi agama lain pada kedudukan yang salah dan buruk, yang mengakibatkan konflik hingga terjadi perang yang dimaknai sebagai perang suci.

Apapun alasannya kata Ilman seorang pemeluk agama tidak boleh merasa benar sendiri dan menyalahkan orang lain. Itulah mengapa dalam dialog itu mengundang beragam peserta dari kalangan Islam, Kristen, Hindu, Budha dan lain-lain. “Ide besarnya adalah untuk menciptakan perdamaian dunia” tegas Ilman.

Ketua STAIN DR. Imron Abdullah MAG sendiri, pernah menerangkan jika ingin melihat tokoh-tokoh JIL dan anti JIL, datang saja ke STAIN, dari garis keras atau garis lunak semua ada. Prof. Salim Badjri juga menegaskan STAIN sekarang telah menjadi sarang yang sangat representatif bagi JIL. Dia menegaskan aktivis JIL sangat agresif mengemukakan ide-idenya. Mereka mendirikan lembaga yang menerbitkan brosur, buletin, salah satunya warkat aAl-Basyar yang disebarkan di masjid-masjid tiap jumat.

Pimpinan Fahmina Institute (FI) adalah KH Husein Muhammad, dari Arjawinangun, pernah duduk sebagai anggota DPRD Kab. Cirebon dari Partai Kebangkitan Bangsa tahun 1999-2004. Tokoh STAIN yang duduk di FI adalah Faqihudin Abdul Qodir, aktivis yang sangat terkenal dari FI adalah Ipah Jahrotiun Nasipah, karena aktivitasnya sangat banyak, mulai dari berkecimpung dalam urusan pendidikan, soal-soal sosial dan hukum. Banyak juga dosen-dosen muda STAIN yang masuk anggota JIL. Dari Penuturan Richard G Kraince, FI mendapatkan dana dari  The Asia Foundation (TAF). Sumber lain mengungkapkan dana itu besarnya Rp 1,4 Milyar pertahun, sumber lain mengatakan   dari TAF hanya 1,2 Milyar saja, yang 200 jutanya dari Pemkot Cirebon, tapi sumber lainnya mengatakan dana yang diterima FI sebesar dua milyar penuh pertahun, sebagian besar dari TAF.

STAIN sendiri menurut penuturan Prof Dr Imron Abdullah MAg, akan diarahkan pada satu kerja sama internasional dengan berbagai perguruan tinggi di luar negeri. Termasuk pelatihan khusus bagi dosen-dosen yang bertaraf Internasional. Dan kerjasama kemungkinan besar diarahkan ke Barat (Eropa dan AS). Indikasi kearah sana cukup kuat, dengan telah dijalaninya kerjasama dengan Ohio University.

Masalah kerja sama dengan perguruan-perguruan tinggi di Barat sebenarnya sudah menuai protes dari berbagai pihak sejak Departemen Agama dipimpin oleh Munawir Sadzali, yang juga seorang Tokoh JIL pengusung Pluralisme. Rupanya menurut Djoko Susilo, Universitas di Timur Tengah macam Ummul Quro, Al Azhar, ‘Ain Syam atau universitas Muhammad Ibnu Saud sudah tak cocok lagi untuk menimba ilmu-ilmu Islam dalam pandangan Munawir Sadzali, yang pernah mengatakan jilbab bukan ajaran Islam (Pos kota 6 Juni 1990) berpendapat dosen-dosen IAIN, lebih baik dikirim ke Barat, karena lebih baik dan lulusannya memiliki penalaran yang lebih baik, maka sejak tahun 1980-an para dosen itu diterbangkan secara berbondong-bondong ke AS, Kanada, Eropa dan Australia untuk belajar agama Islam.

Tetapi menurut Adian Husaini, proses werternisasi IAIN, telah berlangsung jauh sebelum era Munawir Sadzali, didukung pula Menag Prof.Dr. Mukti Ali. Adalah Dr. Harun Nasution pelopornya. Buku karyanya yang berjudul “Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya “ yang disingkat IDBA, sarat muatan pemikiran yang mengarah westernisasi, buku itu menjiplak mentah-mentah pemikiran para orientalis. Departemen Agama memutuskan pada Agustus 1973, dalam rapat di Ciumbul Leuit Bandung, yang merekomendasikan buku itu untuk mata kuliah pengantar agama Islam dan mata kuliah komponen Institut yang wajib bagi mahasiswa IAIN, apapun fakultas dan jurusannya. Hal itu disampaikan oleh Dr Muljanto Sumardi kepala Direktorat Perguruan Tinggi Depag.

Buku itu menyajikan pemikiran yang sangat khas orientalis dalam memandang agama. Menempatkan agama pada posisi dan fenomena yang sama. Adien Husaini mencontohkan, buku itu menggambarkan proses perkembangan teologi sebagai hasil evolusi, dari dinamisme, animisme, politeisme, atau henoteisme, lalu monoteisme yang Harun gambarkan sebagai agama tauhid, tapi monoteisme dipandang bukan sebagai kebenaran final, karena bisa berkembang, dan menuju pada jenis paham keagamaan lainnya seperti Ateisme.Padahal Islam sebagai Tauhid bukan hasil evolusi pemikiran manusia. Islam berasal dari wahyu, dan barat tidak mengenal konsep wahyu dalam tradisi pemikirannya. Agama bagi mereka adalah gejala budaya yang tumbuh dan berkembang dalam proses kehidupan manusia.

Adian menjelaskan, gaya khas kaum orientalis dalam studi Islam adalah memulai dengan keraguan dan berakhir dengan keraguan, mengutip pendapat guru besar Ain Syam Prof Dr Ali Husny Al Karbuthly, motif orientalis mempelajari Islam adalah, pertama : untuk penyebaran agama Kristen, kenegeri-negeri Islam, kedua : untuk kepentingan penjajahan, ketiga : untuk kepentingan ilmu pengetahuan semata. Sama seperti yang dilakukan Harun Nasution yang merupakan produk Mc Gill University Toronto.

Djoko Susilo juga sependapat dengan Adian Husaini, menurutnya pusat-pusat kajian Islam di Barat yang menjadi rujukan para dosen IAIN ini, hanya menempatkan Islam sebagai kajian ilmiah atau akademik semata, bukan usaha mencari kebenaran untuk diimani. Apalagi pusat-pusat kajian Islam di Barat itu tidak dipimpin oleh orang Islam, mereka itu pemeluk Kristen dan Yahudi. Karena menempatkan Islam sebagai disiplin akademis, bukan sebagai ajaran yang diimani, maka jika orang Islam ingin artikelnya dimuat disebuah jurnal, dia harus bersikap netral, seolah-olah dia bukan seorang Muslim.

Hasilnya antara lain, pada tahun 1986, para dosen di IAIN Sunan Gunung Jati Cirebon, bila mereka berceramah seringkali menampilkan Islam dengan karakteristik yang rada-rada aneh waktu itu. Seperti ceramah Dekan Fak Tarbiyah Abdullah Ali tahun 1986 dalam acara Silaturrahim pasca lebaran diperguruan Muhammadiyah Cabang Ciledug, tentang hubungan antara pria dan wanita dan pandangannya tentang jilbab yang sedang marak, dimana siswi-siswi berjilbab di Cirebon waktu itu banyak yang diusir dari sekolahnya.

Tahun 1987, Mahasiswa IAIN Cirebonpun banyak yang berfikiran seperti yang diusung kelompok JIL sekarang ini. Situasi itu menjadi sangat bertolak belakang, dengan pemikiran gerakan Islam yang sedang sangat marak di kota dan Kabupaten Cirebon. Banyak pertanyaan yang muncul terutama para aktivis gerakan Islam yang masih sangat hijau waktu itu. Kenapa pola pemikiran para aktivis pembina dan pelopor Islam di Cirebon sangat berbeda dengan Mahasiswa IAIN, padahal mereka sama-sama masih mahasiswa. Dan kenapa yang menjadi aktivis gerakan Islam tidak ada satupun dari perguruan tinggi Islam seperti IAIN Cirebon misalnya.

Para aktivis gerakan Islam itu berasal dari ITB, IPB, UI, UGM, dan lain-lain. Mereka berasal dari fakultas kedokteran, Ekonomi, Tehnik, Pertanian, Peternakan, Politik, dan lain-lain, diantara mereka juga ada ahli metalurgi. Hal yang kemudian juga dituruti oleh para aktivis gerakan Islam juniornya dari Cirebon, saat mereka lulus SLTA, kebanyakan memasuki perguruan tinggi seniornya.

Itu adalah Fenomena umum diseluruh Indonesia. Para pengusung revolusi jilbab misalnya,hampir seratus persen berasal dari perguruan tinggi yang dianggap sekuler. Tak urung dari Munawir Sadzali Menteri Agama berteriak bahwa jilbab bukan dari ajaran Islam. Tapi pernyataan itu tak menyurutkan tekad para aktivis gerakan Islam. Awal 1991, revolusi jilbab berhasil, sujud sukur dilakukan di UI Kampus Depok. Imbas keberhasilan sangat besar kedaerah-daerah termasuk ke Cirebon. Tapi IAIN Cirebon tak punya andil apapun dalam hal ini.

Tapi tahun 1991 juga merupakan awal menurunnya intensitas gerakan pemuda-pemuda Islam di Cirebon, dan maraknya proses sekularisasi. Pesatnya pembangunan di kota Cirebon, dan menyebarnya para aktivis karena kuliah atau bekerja diluar Cirebon. Telah menjadi sebab yang cukup menonjol. Tapi pasca reformasi geliat Islam di Cirebon kembali marak. Dengan munculnya organisasi massa Islam. Sayangnya kekuatan yang mengusung ideologi yang berlawanan juga telah memiliki pijakan yang cukup kuat di Cirebon, baik dari kalangan semisal JIL, Gerakan mahasiswa berhaluan kiri, maupun dari partai politik, ditambah aktivitas  sosial yang rawan benturan.

Menyikapi persoalan pengkiblatan pendidikan Islam ke barat ini Dr Daud Rasyid MA berkomentar, “Mereka yang belajar Islam kepada oreantalis itu, memakan mentah-mentah apa yang disampaikan dosen-dosennya, tanpa memahami secara kritis, disatu sisi, kaum orientalis itu mengajari mahasiswa untuk memahami Islam secara kritis, tidak asal terima apa yang dikatakan oleh ulama dan wahyu, namun tidak membolehkan mahasiswanya agar kritis terhadap pikiran yang disampaikan sang dosen (orientalis)”.

Yang paling menarik untuk dicermati dari perbedaan mendasar antara pemikiran gerakan Islam dengan JIL-Wan/Wati adalah keduanya selalu mendasarkan perjuangan dan pembicaraan pada dua ayat dalam al-Quran yakni Al-Baqarah:120 dan An-Nahl:125. Orang-orang JIL menginginkan Al-Baqarah ayat 120 itu dihapuskan, setidaknya dieliminasi pemahamanya.

Dan kedua belah pihak juga sama-sama mengusung An-Nahl:125, tentang “Serulah mereka ke jalan Tuhan-mu, dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bermujadalah dengan cara yang baik.” Ayat ini digunakan kalangan JIL untuk mengkounter kemarahan kelompok yang sebelumnya mereka serang. Sehingga pihak yang bereaksi atas serangan JIL menjadi pihak yang tampak bodoh dan emosional.

Di Cirebon pada tahun 1987 sampai 1989, saat itu baru ada IAIN  dan Unswagati. Mahasiswa IAIN sering mempersoalkan Qur’an Surat Al-Fath ayat terakhir, tentang “Bersikap lembut terhadap sesama Muslim dan bersikap tegas terhadap orang Kafir”. Menurut mereka ayat-ayat ini bisa menimbulkan berbagai kerawanan. Sementara dari kelompok Islam menyandarkan pengertiannya, bahwa Kafir yang dimaksud adalah orang yang  aktif berbuat kerusakan  (kekafiran) dan bisa berasal dari dua pihak, pertama dari internal ummat Islam yang berpikiran menyimpang dan berbuat kekafiran. Kedua dari eksternal non Islam yang membuat gangguan terhadap Islam dan Ummat Islam.

Gangguan tersebut harus dihadapi dengan berpedoman pada Qur’an Surat Ali Imron:200,” Wahai orang-orang yang beriman bersabarlah, dan perkuat kesabaranmu, dan jagalah perbatasan, dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapatkan kemenangan”. Yang dimaksud dengan perbatasan adalah, batas geografi (batas negara), dalam hal ini perlu pengerahan pasukan dengan memamerkan kekuatan-kekuatan bersenjata (Show of Force) untuk menakuti musuh. Kedua, batas ideologi, harus dikemukakan mana benar mana salah (Haq dan Batil) menurut Konsep Islam, bahaya yang menggangu batasan ideologi ini bisa dari dalam negeri atau luar negeri, dari dalam tubuh ummat Islam atau dari luar Islam.Ketiga, adalah batasan kehormatan individu dan kelompok masyarakat, sehingga penghinaan dan Fitnah harus dihindari.

Tetapi dalam konsep pertahanan ini, gerakan-gerakan Islam, yang juga mengacu kepada An-Nahl:125, memiliki perinsip tambahan, pertama: Setiap orang Islam itu adalah saudara kita, kedua: Setiap orang Islam itu adalah asset yang perlu dipertahankan. Kelompok orang-orang seperti inilah yang dalam pandangan Freemasonry dan segenap kekuatan barat harus dilenyapkan, dan ternyata salah satu caranya adalah kekuatan-kekuatan eksternal itu membangkitkan JIL yang notabene adalah komponen ummat Islam pada awalnya, khususnya dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU).

Etika yang dipakai JIL bukan etika agama, tapi etika kemanusiaan hasil pemikiran filsafat yang jauh dari kebenaran, lebih condong pada sekedar ilmu dan kebudayaan. Sehingga Gus Dur pernah mengatakan dalam sebuah acara, bahwa jika ia mati, minta dituliskan pada nisannya “ A Humanist Died Here

Tampak jelas jika membaca berbagai tulisan kelompok ini dalam jurnal Ulumul Qur’an misalnya, jurnal yang tampak Islami ini disebut jurnal ilmu dan kebudayaan, bukan jurnal Islam, kata Ilmu dan Budaya selalu menjadi slogan dan tema, sedang kata Islam sangat mereka jauhi. Lebih aneh lagi Ulumul Qur’an pada sisi kiri bawah Cover depan dan bagian atas box redaksi tertera lambang bintang David yang dimodivikasi.

Penekanan ajaran humanisme dan anggapan bahwa kebenaran agama itu relatif, berakibat menjauhkan mereka dari inti ajaran agama yaitu tentang Tuhan. Oleh karena itu jangan heran jika para penganut Sepilis khususnya kalangan JIL sudah biasa, tidak lagi melaksanakan ibadah terutama ibadah mahdloh (Ritual). Humanisme adalah tujuan mereka, humanisme adalah Tuhan mereka. Asas Khoms Kanon yang tersembunyi terbukti sudah.

JIL seperti yang dikatakan oleh M. Syafi’I Anwar, dalam kompas Sabtu 30 Juli 2005, yang ditulis oleh Subur Tjahyono dan Imam Prihadiyoko, bermaksud men-dekonstruksikan (merombak) seluruh ajaran Islam, dekonstruksi terhadap Syari’ah dan teks. Kenyataannnya, dekonstruksi yang terjadi adalah pengaburan, penyempitan, bahkan penghilangan ajaran Islam,  mereka melakukan destruksi terhadap Islam dan kaum Muslimin. Termasuk mencitrakan bahwa yang tidak mau liberal adalah Islam garis keras, Skriptualis, ekstremis, konservativ, bahkan Ulil abshar Abdalla menyebut MUI, Sebagai kelompok yang konyol dan tolol.

Di Cirebon sendiri, setelah keluarnya fatwa MUI tentang haramnya ajaran Sepilis dan Ahmadiyah, telah memicu kerjasama sinergis antara jaringan kekuatan anti Islam dan anti TNI. Mereka adalah para komunis muda, JIL, Kristen, dan kemungkinan besar kekuatan-kekuatan aliran kebathinan, seperti yang terlihat dalam diskusi terbuka 17 September 2005 di Hotel Bentani.  

 Dalam gerakannya JIL seolah sedang berperang dengan kebodohan dan kekejaman Ummat Islam, lihat acara di STAIN Cirebon kemudian di Buntet Pesantren, tepatnya di Akademi Perawatan yang juga sudah dijadikan markas gerakan JIL melalui Wawan Arwani. Lihat acara seminar tanggal 2 April 2005, yang pertama “ Peran Agama-agama untuk Kemanusiaan” Nara sumbernya siapa yang tak kenal, Franz Magnis Soeseno, Masdar F Mas’udi dan Ketua STAIN Cirebon Dr Imran Abdullah. Frans disebut-sebut sebagai Tokoh Filsafat dan Rohaniawan, Masdar adalah Ketua Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M).

Mereka menawarkan dan mengajari Komitmen Demokrasi, Komitmen Pluralisme dan Komitmen Inklusifisme. Mereka bicara seolah-olah Ummat Islam bahkan Islam itu sendiri adalah sumber permasalahan di Indonesia. Islam menurut mereka adalah hambatan karena terus saja membangun eksklusivitas, tidak toleran, menolak demokrasi, Franz mengatakan, semua usaha pembaruan yang bersifat eksklusivistik akan menghancurkan negara dengan berbagai akibat yang mengerikan. Solusinya menurut Franz adalah demokrasi dan Pluralisme.

Tokoh JIL terpandang lainnya dari Cirebon adalah Shalahuddin Kafrawi, lulusan IAIN dan mantan Ketua PMII Cirebon ini adalah Assisten Profesor of Philosophy and Religion di Moravian College, Bethlehem, Pennsylvania USA. Shalahuddin bahkan menganjurkan adanya proyek bersama antar agama, sehingga setiap pemeluk agama tidak merasa risih untuk mengunjungi tempat peribadatan agama lain, hal itu disebutnya sebagai Forum pengenalan misi dan ajaran suatu agama dipusat-pusat keagamaan dengan audience pemeluk agama lain. Tak lupa juga dia mengajari supaya ummat Islam menjadi ummat yang toleran. Toleransi adalah kata kunci dalam masyarakat multi kultural, toleransi adalah kata kunci untuk memasuki tatanan sosial politik dan budaya yang ideal, demikian Shalahudin.

Shalahudin CS, seharusnya membaca sejarah, kapan ada ummat Islam secara komunitas maupun atas nama negara berlaku Zhalim kepada ummat lain, secara politik sesama ummat Islam memang sering berperang, tapi menindas ummat lain tak pernah terjadi, justru ummat lain itu selalu aman dalam negara atau ditengah mayoritas Islam.

Siapa sebenarnya yang harus diajari toleransi, kasus Jyllands Posten, dan media-media lainnya di Eropa, yang memuat karikatur ejekan kepada Nabi Muhammad menjadi bukti siapa sebenarnya yang tidak toleran selama ini. Para pemimpin Eropa khususnya Denmark, didukung oleh Presiden Amerika Serikat menyatakan tidak mau meminta maaf kepada Umat Islam yang terluka. Demonstrasi Ummat Islam yang marak diseluruh dunia, dituduhnya hanya ulah segelintir kelompok Ummat Islam Radikal.

Lalu dimana suara para JIL-wan dan JIL-wati untuk menanggapi ulah para tuan mereka di Eropa dan Amerika ini. Semua mendadak sakit gigi dan bungkam seribu bahasa. Dimana suara mereka saat ummat Islam dilarang pakai Jilbab di Perancis dan Inggris, dimana suara mereka ketika ummat Islam dianiaya di Jerman hanya karena mereka Muslim.

Siapa yang kejam dan tidak toleran selama ini, Rakyat Libanon, Rakyat Irak, Rakyat Afghanistan, Ummat Islam Palestina, yang diserang habis-habisan oleh Israel atas dukungan penuh Amerika. Ajaran Toleransi kepada Ummat Islam rupanya memiliki arti “ Janganlah anda melawan ketika kami tindas, kami usir, kami penjarakan atau kami bunuh

 JIL yang menurut Prof Salim Bajri, tidak hanya menguasai kampus tapi juga pesantren-pesantren di Cirebon tampaknya sulit dibantah, jika melihat komposisi nama-nama aktivis Fahmina Institute, mereka berasal dari berbagai pesantren besar dan terkenal, seperti Buntet dan Ciwaringin serta Kempek, adalah pesantren terkenal di Indonesia. Buntet bahkan selalu dikunjungi para pejabat Jakarta, termasuk semua calon Presiden sebelum Pilpres 2004 lalu. Khususnya Megawati Sukarno Putri.

Richard G Kraince PhD, dari Ohio University, yang berhasil diwawancarai tanggal 12 Januari 2006 di depan STAIN Cirebon mengatakan, bahwa Cirebon  adalah wilayah ideal dan contoh terbaik tentang perdamaian antar umat beragama, oleh karena itu pihaknya menjadikan Cirebon sebagai basis kampanye tentang toleransi dan gerakan Pluralisme. Kraince mengatakan pula, bahwa Cincinati sebuah kota di Amerika pernah pula punya pengalaman buruk yang bersifat SARA, hal ini sudah berhasil ditangani, pengalaman ini pula yang akan ditransfer ke Cirebon. Upaya ini kata Kraince melalui kerjasama dengan Fahmina Institute.

Bahwa JIL gerakan anti Islam Lihat Koran Tempo (5 Mei 2001) dalam tulisan Luthfi Assyaukanie “Syariat Islam : Perlu Dikhawatirkan” Assyaukanie menyerang Fiqih hasil Ijtihad para mujtahid. Dia menggambarkan Syari’at Islam adalah kemunduran, menerapkan syari’at Islam sama dengan menerapkan kekejaman.

Salah satu pemikiran dan pernyataan paling gila dari JIL adalah pernyataan Muhammad Guntur Romli, yakni kecamannya terhadap Hizbullah di Libanon, bahwa Hizbullahlah penyebab kekacauan di Timur Tengah itu, bukannya Israel. Pernyataan itu tentu sangat menyakitkan, ketika seluruh dunia mengecam Israel, dia malah membela Israel yang sudah dengan telanjang menunjukkan kebiadaban dan kebinatangannya.



3 komentar:

  1. banyaknya aliran kepercayaan yang menyimpang dari agama Islam menjadikan pemeluk agama Islam harus mawas diri, komentar balik ya ke blog saya myfamilylifestyle.blogspot.com

    BalasHapus
  2. Mang Agama Islam punya anda yah??
    Anda yakin tidak sesat??

    BalasHapus
    Balasan
    1. jls agama islam tdk sesat, brtobatlah kau sblm azab menghampirimu

      Hapus